Rabu, 11 Agustus 2010

Agenda Nasional

Ibadah puasa Ramadhan
di Indonesia merupakan
“agenda nasional”,
meng ingat negara ikut
mengatur dan men du -
kung pelaksanaannya
hingga saat mudik syawalan.
Sebagaimana puasa, kita me -
miliki agenda nasional mende -
sak, berupa pendidikan karak -
ter serta penciptaan entrepreneur
muda yang jujur, tangguh,
dan berdaya saing. Tulisan ber -
ikut ini mencoba menghubung -
kan peran ibadah puasa de -
ngan pendidikan karakter dan
entrepreneurship.

Eksperimen marshmallow
Walter Mischel, seorang psi -
kolog terkenal dari Yale Uni -
versity, pada 1960-an melaku -
kan eksperimen marshmallow
terhadap anak-anak dalam hu -
bungannya antara “menunda
kesenangan” makan marsh -
mal low (sejenis permen) dan
pros pek sukses mereka pada
kemudian waktu. Walter meng -
gunakan berkotak-kotak per -
men yang ditaruh di depan
anak-anak amatannya. Mereka
ditaruh dalam ruang eksperi -
men dan dijanjikan akan diha -
diahi permen lebih banyak bila
mampu menahan diri.
Tanpa sepengetahuan mereka,
anak-anak tersebut mulai
di awasi. Beberapa anak yang
tidak sanggup menahan diri
akhirnya langsung memakan
per men di depan mereka, se -
dang kan beberapa anak yang
sanggup “menahan diri” pada
akhirnya mendapatkan permen
yang lebih banyak dari hadiah.
Walter kemudian terus meng -
ikuti perkembangan mereka
hingga 14 tahun kemudian saat
mereka memasuki usia dewasa.
Ternyata, ada perbedaan besar
di antara mereka dalam keber -
hasilan studi dan kariernya.
Anak-anak yang sanggup “me -
nahan diri” makan permen saat
eksperimen 14 tahun lalu ter -
nyata lebih berhasil dalam studi
mereka dibandingkan yang ti -
dak sanggup menahan diri. Me -
reka yang sanggup menahan diri
memiliki skor nilai tes SAT (se -
jenis ujian tertulis) lebih tinggi
sekitar 210 poin plus menunjuk -
kan sifat-sifat yang lebih positif,
misalnya lebih optimistis, lebih
kompeten, tidak mudah merasa
iri hati, serta jauh lebih mandiri.
Ibadah puasa, khususnya
puasa Ramadhan, sebagai sua -
tu bentuk ibadah ternyata ti -
dak hanya bermanfaat bagi ke -
sehatan fisik, tetapi juga sara -
na efektif untuk mengembang -
kan kesehatan mental bagi
anak bangsa. Hal tersebut ber -
hubungan dengan pendidikan
karakter untuk menghasilkan
insan-insan jujur, sportif, ber -
daya saing, dan mandiri.
Dalam hubungannya de -
ngan pendidikan karakter ter -
sebut, eksperimen marshmal -
low membuktikan bahwa pua -
sa dapat menjadi sarana efektif
bagi terciptanya anak bangsa
yang visioner dan berkarakter.
Dalam eksperimen tersebut,
be berapa anak sampai menggi -
git-gigit mejanya sebagai cara
menahan diri agar mendapat -
kan hadiah permen yang dijan -
jikan. Kondisi ini menunjuk -
kan bahwa mereka mempunyai
bakat “visioner” tentang ba -
gai ma na menimbang antara
ke senangan sesat makan per -
men dan peluang kesenangan
mendapatkan permen lebih
banyak bila mampu bertahan.
Sebagai kompensasi, mereka
meng alihkan aktivitasnya de -
ngan cara menggigit meja se -
bagai analog bahwa mereka
mem punyai olah perspektif
yang baik.
Visioner dan kemampuan
me mandang masalah dari be be -
rapa sisi (perspektif) adalah
modal dasar karakter unggul
seorang entrepreneur. Jika ke -
ung gulan ini dihubungkan de -
ngan tingkat entrepreneurship
seseorang, bisa dikatakan bah -
wa puasa akan mampu mem -
bentuk karakter entrepreneur
suatu bangsa. Jika ada 30 per -
sen dari 220 juta penduduk In -
donesia yang masuk kategori
anak-anak (data sensus 2000)
dan apabila kita mampu meng -
implementasikan pelatihan ka -
rakter melalui puasa, akan di -
per oleh 66 juta calon anak
bang sa yang akan mampu di -
bentuk sebagai entrepreneur
masa depan, baik mereka yang
menjadi intrapreneur (profesio -
nal di perusahaan), sociopreneur
(entrepreneur di bidang pember -
dayaan masyarakat), govern -
ment preneur (entrepreneur di
bidang pemerintahan), hingga
bisnis entrepreneur. De ngan
asumsi 10 persen dari me reka
me nekuni bisnis entrepreneur,
ada 6,6 juta calon pebis nis
andal, jujur, dan beretika yang
akan memajukan pereko no mian
bangsa. Angka 6,6 juta ini jauh
melampaui syarat mi nimal yang
ditetapkan McLel land, pakar
psikologi pendidik an. Dia me -
nyatakan bahwa suatu bangsa
akan maju apa bila dua persen
dari pendu duk nya berprofesi se -
bagai en tre preneur bisnis.
Makna puasa lainnya
Tidak hanya mengem bang -
kan karakter entrepreneur dari
sisi soft skill, puasa juga meng -
a jarkan para entrepreneur un -
tuk meniru sistem manaje men
berbasis kinerja, mengingat ha -
nya sistem insentiflah yang
mam pu menggugah kesadaran
karyawan hingga manajer un -
tuk ikut berpartisipasi me ngem -
bangkan perusahaan atau pun
mengembangkan pe la yan an
yang baik di bidang pemerin -
tahan.
Sistem insentif progresif se -
benarnya adalah adalah hak
paten dari Allah SWT untuk
kita tiru. Mari, kita renungkan
bagaimana puasa telah dide -
sain oleh-Nya melalui tahap -
an-tahapan dari “bisnis pro -
ses” yang sempurna, mulai
bulan persiapan Sya’ban, ek -
sekusi proses pada bulan Ra -
madhan, hingga periode “sa -
ling menghalalkan” kekhilafan
pada bulan Syawal.
Cobalah kita hayati, bagai -
mana puasa didesain oleh-Nya
melalui tahapan sepuluh hari
pertama, sepuluh hari kedua,
dan sepuluh hari ketiga dengan
reward pahala yang semakin
meningkat, khususnya saat
ma lam-malam ganjil pada
sepuluh hari terakhir. Yang ter -
akhir, puasa Ramadhan mem -
berikan pesan bagi kita untuk
berpikir selaras antara kegiat -
an ibadah, baik ibadah vertikal
(hablum minallah) maupun
ibadah horizontal (hablum mi -
n an nass).
Berpikir selaras, dalam arti
integratif dan holistik adalah
rahasia sukses entrepreneur
ma sa depan. Nikmat dan pela -
jaran apa lagi dari-Nya yang
akan kita dustakan? Semoga
Ramadhan kali ini akan mem -
bawa kita berpikir dan bertin -
dak sesuai pesan-Nya.

Priyo Suprobo
Rektor ITS
(Republika 11 Agustus 2010 halaman 4)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar