Jumat, 27 Agustus 2010

‘Simfoni’ Kehidupan

Kurang lebih 14
abad lalu, di he-
ning malam sepi
Ramadhan,
terjadi peristiwa
pelantikan yang amat suci dan
agung. Hanya akal serta rohani
bersih dan kuat yang mampu
dilantik untuk tugas kerasulan
akhir zaman itu.
Malaikat Jibril yang telah
melantik nabi-nabi sebelum-
nya datang kepada Nabi Mu-
hammad SAW yang ummi di-
perintahkan untuk membaca
kalam Ilahi. (QS Al-Alaq: 1-5).
Pelantikan menjadi rasul
terakhir itu ditandai dengan
turunnya ayat pertama di atas.
Antara kebutahurufan dan
kandungan agung Alquran di
atas bukanlah sebuah kontra-
diksi. Justru hal itu merupakan
bukti bahwa kalam Ilahi ini
tidak lahir dari ciptaan dan ha-
sil pikiran manusia. Namun,
lahir dari kemurnian cahaya
yang memancar dari matahari
ilmu Ilahi dan datang dari ha-
dirat rabbani yang disalurkan
melalui lisan Muhammad SAW.
“Dan tiadalah yang diucapkan
itu (Alquran) menurut hawa
nafsunya. Ucapannya itu tiada
lain hanyalah wahyu yang
telah diwahyukan (kepada-
nya).” (QS An-Najm 3-4).
Alquran adalah mukjizat
dari kenabian Muhammad
SAW. Setiap rasul yang me -
nyampaikan ajaran Allah sela-
lu dilengkapi dengan mukjizat
yang sesuai dengan perkem-
bangan dan kemajuan kaum-
nya. Tujuan utamanya adalah
untuk membuktikan kebe-
naran kerasulan mereka di
tengah-tengah umatnya.
Mukjizat khusus yang dibe-
rikan Allah kepada Nabi Mu-
hammad SAW haruslah mukji-
zat yang dapat disaksikan dan
diuji sampai akhir zaman, baik
bahasanya maupun isinya.
Oleh karena itu, Allah Yang
Maha Mengetahui memberi
mukjizat berbentuk kitab yang
tertulis untuk dapat diuji dan
dikaji, baik bagi mereka yang
percaya maupun yang tidak
percaya kepada-Nya.

Abad ilmu
Saat ini, Alquran berada
dalam abad ilmu dan filsafat.
Semangat ilmu dan filsafat
adalah semangat bebas berta-
nya. Tidak ada satu pun yang
bebas dari pertanyaan ilmu
dan filsafat. Tidak ada yang
tabu bagi ilmu dan filsafat un-
tuk dipertanyakan. Sebab, ked-
uanya bersifat kritis dan meng-
usik setiap pikiran-pikiran
manusia sampai ke tempat per-
sembunyiannya. Dalam pen-
jelajahan itu, ilmu dan filsafat
berujung pada penolakan atau-
pun pengakuan yang jujur ter-
hadap semua hal.
Ilmu dan filsafat telah me-
lemparkan pernyataan yang
mengusik, How true is the holy
book? (seberapa jauh kebe-
naran kitab suci), tidak terke-
cuali Alquran. Bagi umat Mus-
lim yang biasa membaca Al-
quran tentu agak kaget karena
sebelumnya diingatkan untuk
tidak ragu. Akan tetapi, Allah
Maha Pemilik Masa Depan,
rupanya sudah menghitung
akan datangnya pertanyaan
dari mereka yang tidak percaya
dan memulai segala hal dari
keraguan.
Kebenaran kitab suci yang
dicurigai oleh ilmu dan filsafat
itu dijawab oleh Allah SWT
dalam al-Baqarah ayat 23.
“Dan jika kamu (tetap) dalam
>> resonansi <<
keraguan tentang Alquran
yang kami wahyukan kepada
hamba kami (Muhammad),
buatlah satu surat saja yang
semisal Alquran itu dan
ajaklah penolong-penolongmu
selain Allah jika kamu orang-
orang yang benar.”
Alquran telah berhasil me-
rambat dari tempat nuzul-nya
(turunnya) ke belahan bumi
barat dan timur, utara, dan se-
latan. Dengan perbedaan spek-
trum sosial, budaya, dan politik
yang amat luas, khususnya di
depan rasio ilmu dan filsafat
Barat, Alquran tidak mempu-
nyai pilihan lain, kecuali mem-
persilakan dirinya untuk dikaji
dan diuji mukjizat bahasanya
dan kandungan isinya.
Ribuan, bahkan jutaan ma-
nusia Arab maupun non-Arab
sanggup menghafal Alquran.
Karena mukjizat itu, oriental-
is Perancis, Dr Madares, men-
gatakan Alquran itu adalah
metode Ilahi. Allah menjaga
kemurnian dan kelanjutan
Alquran sampai akhir zaman.
Namun, bagi pemikir Barat
yang telah disentuh “simfoni”
Alquran, hal itu mudah dipa-
hami. Ungkapan seorang sas-
trawan Inggris, Mohammad
Marmaduke Pickthall, dalam
pembukaan tafsirnya The
Meaning of the Glorius Koran
menunjukkan hal itu. Pickthall
mengatakan, ini adalah terje-
mahan pertama Alquran dalam
bahasa Inggris.
Alquran adalah “simfoni”
yang tidak dapat ditandingi
dan hakikat kedalaman ba-
caannya akan menyebabkan
orang menangis dan gembira.
Terjemahan Alquran tidak
akan pernah dapat menggan-
tikan Alquran dalam bahasa
Arab.
Selain itu, Dr Maurice Bu-
caille menemukan, ternyata
penjelasan dari Alquran yang
turun kurang lebih 14 Abad
yang lalu itu, dalam menggam-
barkan asal-muasal manusia,
lebih tepat dari ilmu embriolo-
gi mutakhir. Hal itu secara jelas
ditulis dalam bukunya yang
berjudul The Origin of Man.

Pencerahan
Apa yang telah diuraikan
adalah suatu citra (ideal) dan
hakikat kebenaran yang kita
dambakan. Tujuannya adalah
untuk menuntun kita kepada
jalan Allah. Sisi lain, dalam
Risalah Tauhid, Muhammad
Abduh mengungkapkan bahwa
timbulnya bencana atas umat
Islam hanya berakibat pada
diri mereka sendiri dan tidak
membawa pengaruh apa pun
pada Alquran. Sebab, Allah
telah menjamin untuk memeli-
hara Alquran sehingga menjadi
petunjuk bagi umat manusia.
Bagi kita yang percaya, Al-
quran adalah pusat kehidupan.
Alquran adalah “simfoni” hi-
dup seorang Muslim. Sesaat se-
telah seorang Muslim lahir,
ayahnya membisikkan di telin-
ganya kalimat syahadat dan
takbir dalam azan atau ika-
mah. Seringkali, nama anak-
nya pun diambil dari Alquran.
Setelah mulai bisa bicara, si
kecil yang masih terbata-bata
itu umumnya telah mencoba
menirukan kata amin. Ketika
berumur 7 tahun, si Mus lim
kecil ini kembali membaca su-
rah al-Fatihah dalam shalat-
nya. Bacaannya mungkin be-
lum sempurna, tetapi telah di-
laksanakan dengan penuh ke-
senangan dan kegembiraan.
Dengan demikian, tampak-
lah bahwa Alquran adalah se-
rat yang membentuk tenun
kehidupan dan ayat-ayatnya
adalah benang yang menjadi
rajutan jiwa.

Tarmizi Taher
Mantan Menteri Agama RI
(Republika 27 Agustus 2010 halaman 4)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar