Jumat, 06 Agustus 2010

Tragedi Akhlak

Akhir-akhir ini,
Presiden Su si -
lo Bambang
Yudho yono
sa ngat galau
ter hadap kon -
disi yang dialami Bangsa In do -
nesia dalam hal moral, etika,
dan akhlak bangsa. Pernya -
taannya hampir berturut-turut
disampaikan dalam tiga ke -
sem patan, seperti ketika meng -
hadiri acara peringatan Isra
Mikraj pada 9 Juli, acara Hari
Anak Nasional pada 23 Juli,
dan terakhir Pembukaan Mu -
sya warah Nasional (Munas)
Majelis Ulama Indonesia pada
25 Juli 2010.
SBY men sinya lemen bahwa
kondisi akhlak bangsa sudah
sampai pada ting kat yang
mengkha watir kan. Bahkan,
dengan tegas, SBY menyatakan
bahwa kon disi akhlak bangsa
ini sudah mencapai tingkat
tragedi yang mengerikan. Ka -
rena itu, SBY dalam ke -
sempatan berbicara di hadapan
para ulama pada acara Munas
VIII dan Milad ke-35 Majelis
Ulama Indonesia (MUI) ber -
pidato dengan judul “Saatnya
Indonesia Bang kitkan Kembali
Peradaban Is lam” yang meli -
puti tiga hal pen ting.
Pertama, kebangkitan kem -
bali peradab an Islam di In -
donesia terkait dengan arah
mo dernisasi nega ra. Kedua,
tra gedi akhlak yang melanda
se bagian masyarakat yang be -
rupa perilaku yang sangat me -
nyimpang dan menodai nilaini
lai agama serta kesusilaan
yang dikaitkan dengan penye -
bab utama. Ketiga, masalah
kebebasan dan hak yang tanpa
batas.
Kegalauan SBY memang cu -
kup beralasan. Pasalnya, potret
bangsa ini setelah memasuki
era reformasi menunjukkan
ting kah laku yang jauh me -
nyimpang dari nilai-nilai mo -
ral, kesusilaan, dan keaga ma -
an. Padahal, rakyat dan bangsa
Indonesia merupakan penga -
nut Islam terbesar di seluruh
dunia.
Seharusnya, nilai-nilai ajar -
an Islam yang bersumber dari
kitab suci Alquran dan su nah
Rasulullah terefleksi da lam
kehidupan dan perilaku bang -
sa yang santun dan ber adab.
Nilai-nilai spiritual ke aga -
maan, seperti tauhid, akh lak
karimah, dan rahmatan lil ala -
min yang seharusnya men jadi
sumber inspirasi perilaku
bangsa ini, telah tergeser de -
ngan serbuan nilai-nilai de -
mok rasi ala Barat, neoliberal
(ke bebasan tanpa batas), ka pi -
talistik, dan materialistik yang
sekuler.
Dalam sistem pemerintahan
presiden RI pertama, Soekarno
juga telah mensinyalemen infil -
trasi kebudayaan Barat ter -
hadap karakter bangsa ini. Ma -
ka itu, tema pembangunan
yang dikumandangkan terke -
nal dengan “Nation and Cha -
rac ter Building” melalui pene -
rapan kebijaksanaan mem ben -
dung segala bentuk peradaban
yang bersumber dari Barat,
mu lai dari kebudayaan, eko -
nomi, dan ideologi negara yang
berorientasi pada kepribadian
bangsa melalui sistem Demok -
rasi Terpimpin.
Tampaknya, karakter bang -
sa saat ini benar-benar telah
terkontaminasi oleh nilai-nilai
kebebasan tanpa batas serta
pola hidup individual mate -
rialistik, sekuleritik, dan ka -
pitalistik yang telah mewarnai
perilaku bangsa ini, khususnya
di kalangan elite politik yang
justru mengemban amanah da -
lam menetapkan kebijak sa na -
an pemerintahan.
Konflik hori zontal antar -
penduduk dan ver tikal anta -
relite politik dalam sis tem
pemerintahan—mulai dari
kericuhan antarpenduduk de -
sa, antarpendukung partai po -
litik dan golongan dalam pe -
laksanaan pilkada, antar -
organisasi profesi intelaktual
para advokat dengan jaksa
agung, sampai pada heboh vi -
deo porno—telah menjadi ton -
tonan yang terbiasa di layar te -
levisi nasional ataupun swasta.
Dalam perjalanan sistem
pemerintah Islam yang dicon -
tohkan oleh Khalifah Umar
Ibnu Khattab, diceritakan bah -
wa Umar sering menyamar un -
tuk mengunjungi rakyatnya
pada malam hari. Ia mengon -
trol apakah ada rakyatnya
yang kelaparan. Jika ada rak -
yatnya yang sedang kelaparan,
U mar tidak segan-segan segera
membawa makanan dengan
tangannya sendiri.
Pada kisah lainnya, Kha -
lifah Umar berjalan pada te -
ngah malam berkeliling per -
kampungan untuk mengetahui
kondisi rakyatnya. Kemudian,
ia mendapati sebuah gubuk
reot dan terdengar suara tangis
anak-anak di dalamnya.
Dari celah gubuk reot itu, ia
melihat seorang ibu yang
tengah ber usaha menenangkan
anaknya yang menangis. Ru -
panya, anak tersebut menangis
karena ke laparan, sedangkan
sang ibu tidak memiliki apa
pun untuk dimasak malam itu.
Umar sangat sedih dan
merasa berdosa. Ditemani
pengawalnya, Umar pergi ke
gudang penyimpanan makanan
negara dan mengangkut sendiri
ka rung gandum itu.
“Izin kan lah saya yang akan
membawa dan memanggul
gan dum itu,” pinta sang penga -
wal. “Biarlah saya yang meng -
angkat dan memanggul gan -
dum ini. Ini adalah tanggung
jawab saya. Saya akan me -
nebus dosa-dosa saya yang
telah menyeng sara kan rakyat,”
ujar Umar.
Lain lagi dengan sistem
pemerintahan khalifah Umar
bin Abdul Azis yang sukses
dalam mengelola harta dan
kekayaan negara saat menjadi
khalifah. Tindakan pertama
yang dilakukannya adalah me -
ngembalikan harta kekayaan
ne gara hasil penyitaan dari pe -
nguasa pendahulunya. Harta
sitaan itu dia kembalikan ke
pemiliknya yang sah, baik pe -
milik individu maupun pe milik
lem baga negara.
Harta berge rak dan tidak
bergerak yang di miliki secara
tidak sah oleh para penguasa
terdahulu di ram pas dan
dikembalikan ke kas negara
(bait al-mal). Se be lum mela -
kukan itu, dia mem beri teladan
dengan menyerah kan semua
harta yang “dia ni lai bukan
miliknya”, termasuk cin cin
hadiah Khalifah Al-Walid ke
kas negara.
Sebagai pemimpin, kita
semua patut memohon per -
lindungan kepada Allah SWT,
terutama dari segala bentuk
ke munafikan, yang akan di -
minta pertanggungjawaban di
hadapan Allah SWT di Yaumil
Akhir kelak.
Semoga kita tidak termasuk
orang-orang yang di sinyalir
oleh Nabi Muhammad SAW
dalam salah hadis yang diri -
wayatkan oleh At Tabrani.
“Akan datang sesudahku peng -
uasa yang memerintah kalian.
Di atas mimbar mereka
memberi petunjuk dan ajaran
dengan bijak. Tapi, setelah
turun dari mimbar, mereka
melakukan tipu daya dan
pencurian. Hati mereka lebih
busuk dari bangkai.”

Oleh Dr Ahmad Sumargono
Direktur Eksekutif Pusat Kajian
Strategi Politik dan
Pemerintahan/PKSPP
(Republika 6 Agustus 2010 halaman 4)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar