Rabu, 11 Agustus 2010

Puasa dan Kegalauan Modernitas

Masyarakat mo dern
biasa nya disebutse
but sebagai ma -
sya ra kat yang me -
milki pandangan jauh ke de -
pan, mempunyai renca na ma -
tang dalam menghadapi masa
depan, menghargai kerja, dan
hi dup dengan waktu penuh di -
siplin. Ternyata, dari semua ci -
ri yang ada pada masyarakat
mo dern itu, tak ada satu pun
yang bertentangan dengan nilai
dan norma Islam.
Sebab, ciri pertama dan ke -
dua dari masyarakat modern
itu telah diperintahkan Al -
lah dalam Surah Al-Hasyr ayat
18: “Hai orang-orang yang ber -
iman, bertakwalah kepada Allah
dan hendaklah setiap diri mem -
buat rencana untuk hari esok
(akhirat), dan bertakwalah kepa -
da Allah, sesungguhnya Alllah
Maha mengetahui apa yang ka -
mu kerjakan.
Demikian pula ciri ketiga dan
keempat, Allah telah meng -
ingatkan manusia dalam Alqur -
an Surah Al-Ashr ayat 1-3: Demi
masa; Sesungguhnya manusia itu
benar-benar berada dalam kerugi -
an; Kecuali orang-orang yang
beriman dan mengerjakan amal
saleh, dan saling menasehati supa -
ya menaati kebenaran dan saling
menasihati dalam kesabaran.”
Sayangnya, semua nilai dan
norma dalam Alquran itu be -
lum semuanya dapat kita prak -
tikkan dalam kehidupan se -
hari-hari. Sebagai manusia
yang barangkali sudah menjadi
modern, semestinya manusiamanusia
di negeri ini mampu
bangkit dari segala kegalauan
dan ketidakpastian. Kegalauan
tentang ketidakpastian ke ma -
na arah perjalanan Tanah Air
ini mesti menuju.
Ramadhan dalam suasana
mo dern tak menghalangi kita
un tuk dapat meningkat kan ko -
munikasi dengan Al lah SWT
dan memantapkan jabatan si -
la turahim antarsesama umat
manusia. Komunikasi dengan
Allah SWT juga akan berpe -
ngaruh pada komunikasi de -
ngan manusia. Seharusnya, se -
makin kita yakin kepada Allah
SWT, semaikn baik hubungan
kita dengan sesama manusia.
Jika mengambil contoh da -
lam kehidupan berumah tang -
ga, kebiasaan dalam bulan pu -
a sa, ketika antara suami dan
is tri atau orang tua dan anak
da lam sebuah keluarga, sejak
dari sahur menampakkan ke -
ber samaan. Sahur bersama se -
lama satu bulan, juga dapat
menutup kegersangan hubung -
an dalam satu tahun antara
orang tua dan anak juga suami
dan istri. Lebih baik lagi, jika
se lama bulan puasa, dalam se -
buah keluarga juga membiasa -
kan untuk salat secara jama -
ah. Salat jamaah di masjid ter -
dekat atau di rumah sendiri,
sung guh amat penting dilaksa -
na kan setiap hari selama Ra -
ma dhan.
Begitu pula hubungan di
luar kehidupan rumah tangga.
Kita saling memahami bahwa
saat ini adalah bulan puasa.
Bulan bagi manusia berislam
yang sadar akan ada keber -
kahaan. Namun, kebersamaan
itu dimanfaatkan sebaik-baik -
nya dan dikembangkan pada
waktu setelah Rama dhan. Bia -
sanya, di luar bulan pua sa, ka -
rena terbentur kesibukan dan
jadwal kerja masing-masing,
kita jadi sangat susah meng a -
tur waktu untuk mera jut ke -
ber samaan dan kepedu lian,
baik di dalam keluarga mau -
pun kehidupan bermasyarakat.
Apalagi jeratan dan kegalauan
modernitas sering kali membu -
at kita lupa pentingnya keber -
sa maan dan kepedulian.
Orang yang berpua sa seyo -
gia nya mempunyai disiplin diri
yang tinggi. Hal itu tampak pa -
da ketaatan untuk mema suki
waktu imsak dan melakukan
salat sesuai dengan jadwal
yang berlaku. Orang lain juga
tidak mengetahui betul apakah
seseorang benar-benar puasa
atau tidak, kecuali diri sendiri
dan Allah SWT. Artinya, iba -
dah puasa mempunyai nilai
dan norma yang benar-benar
modern jika diterapkan, tidak
ha nya pada bulan Rama dhan,
tapi juga dalam kehidup an se -
hari-hari.

Pembelajaran puasa
Selain umat Muslim, pua -
sa juga telah diamalkan oleh
pelbagai kaum dan bangsa di
seluruh dunia. Tujuan utama
mereka berpuasa ialah dapat
membuat tubuh sehat. Ini se suai
dengan apa yang telah di sya -
riatkan oleh Allah bahwa puasa
merupakan ibadah yang amat
baik untuk kesehatan fi sik,
men tal, rohani, dan jas ma ni.
Banyak orang yang non-
Mus lim telah mulai mengamal -
kan puasa untuk kesehat an
(the rapeutic fasting). Ba nyak
pu la buku-buku dan opiniopini
di internet yang telah di -
sebarluaskan untuk menjelas -
kan kebaikan berpuasa dari
sisi kesehatan. Seperti dalam
informasi di beberapa literatur,
ahli filsafat dan kedokteran
Ibnu Sina pernah mengobati
pasiennya dengan menyuruh
mereka berpuasa. Socrates,
Pla to, Aristoteles, dan Pytha -
goras juga mengamalkan iba -
dah puasa untuk meningkat -
kan kualitas fisik dan mental
agar dapat berpikir serta men -
cetuskan ide-ide yang bernas.
Begitu pula Mahatma Gan -
dhi, pejuang kemerdekaan In -
dia yang terkenal sebagai peng -
amal puasa. Sastrawan be sar
Rusia, Leo Tols toy, pe nga rang
dari Perancis Francois Voltaire,
dan pengarang Aus tria Franz
Kafka, dalam infor masi itu
men duga bahwa mereka men -
jadikan puasa sebagai amalan
dalam kehidupan me reka.
Menurut Profesor Arnold
Ehret dari Jerman, puasa yang
tepat mampu membuat fisik
awet muda, menguatkan men -
tal dan spiritual seseorang. Me -
nurutnya, puasa adalah ibu
kun ci kepada evolusi dan pe -
ngem bangan spiritual, teruta -
ma di zaman yang penuh de -
ngan pancaroba ini.
Dalam konteks keindo nesia -
an dan kekitaan, bila Rama -
dhan secara serius dilaksana -
kan oleh umat Muslim di tanah
air, tak salah jika kita berharap
bahwa sifat dan jiwa kekeluar -
gaan, ukhuwah, serta sambung
rasa menjadi pengingat, mana
langkah dan kebijakan peme -
rintah yang salah dan mana
yang benar. Yang salah diingat -
kan dan diberi ganjaran hu -
kum yang adil dan yang benar
sama-sama kita perjuangkan.
Meskipun kesadaran kita
sering dijejali oleh berbagai
kemajuan ilmu pengetahuan
modern, tetap harus memper -
juangkan martabat kemanusia -
an dan keadilan bagi jutaan
rak yat di negeri ini. Sebab, hik -
mah Ramadhan yang berhasil
adalah perubahan berdampak
nyata dalam kehidupan seharihari
dan orang lain.
Misalnya, orang yang sete -
lah berpuasa bersedia mereformasi
keberagamaan nya, me -
lakukan penyegaran hubungan
antarmanusia, bersedia saling
menolong, serta mampu mera -
sakan penderitaan orang-orang
di sekitarnya. Dan Allah SWT
pernah berfir man dalam Su rah
Ali Imran ayat 112, “Mereka
akan diliputi penderitaan di ma -
na saja mereka berada, kecuali
kalau selalu mempunyai dua
komunikasi, yaitu dengan Allah
dan dengan manusia. ” Walla -
hu’alam.

Tarmizi Taher
Ketua Dewan Pembina Yayasan
Dakwah Malaysia-Indonesia
(Republika 11 Agustus 2010 halaman 4)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar