Sabtu, 07 Agustus 2010

Nilai Kemerdekaan

Sebentar lagi, kita
me masuki usia
ke-65 tahun ke -
mer dekaan Re -
pub lik Indonesia.
Pada usia ini,
tidak serta-merta telah mem -
bawa rakyatnya dalam kehi -
dupan adil dan makmur dalam
memenuhi hajat kehi dupan
yang layak dalam pereko -
nomian.
Buktinya, sebagian besar
rakyat di negeri ini mengeluh
semakin beratnya beban hidup
yang harus dipikul setiap ke -
luarga. Harga kebutuhan po kok
menjadi mahal: telepon, lis trik,
air bersih, bahan bakar minyak,
beras, cabai, bawang, telur, gula,
dan barang kebu tuhan seharihari
untuk kon sumsi rumah
tangga. Biaya pen didikan sering
kali tidak ter jangkau, pelayan -
an kese hatan menjadi barang
mewah, dan celakanya pengha -
silan ma syarakat tidak lantas
mening kat.
Gejala ini tampak dihadapi
rakyat kecil dalam kehidup an -
nya sehari-hari. Ibu rumah
tang ga emosinya menjadi me -
le dak-ledak karena uang be -
lanja satu bulan telah habis
pada minggu pertama. Si ba -
pak sebagai kepala rumah
tang ga menjadi pusing ‘tujuh
ke liling’ karena semakin sulit
mendapatkan penghasilan
tam bahan. Sementara itu, si
anak menjadi minder dengan
lingkungan formal yang mesti
digelutinya, yaitu dunia se -
kolahan, sebagai akibat korban
‘kekerasan perekonomian ke -
luarga’ yang tidak memadai.
Dalam tataran perekono mi -
an bangsa, kita dihadapkan
sua sana pesimistik dan ke -
tidakmenentuan. Semua ini
aki bat kemandirian bangsa kita
dalam percaturan ekonomi
antarnegara di dunia tidak
kun jung mandiri, bahkan ter -
lal u kentara di bawah bayangba
yang negara tertentu yang
sta bilitas perekonomiannya ter -
bukti tidak setangguh yang di -
duga. Manakala negara ter -
sebut goyang karena insta bi -
litas perekonomian di dalam
ne gerinya atau imbas pereko -
nomian global yang terjadi pa -
da negara pesaingnya; negara
ter sebut mengalami sedikit kri -
sis dan langsung berdampak ke
negeri kita. Kondisi ini jelas ti -
dak menguntungkan negara se -
perti Indonesia yang harus me -
ngu rus kebutuhan rakyat nya
se banyak 230 juta jiwa bila ki -
ta terus-menerus ketergan tung -
an pada satu negara pe nyangga
dalam perekonomian. Mestinya,
prinsip bebas aktif pada politik
luar negeri kita seperti yang
dikatakan Bung Hatta tempo
dulu menjadi prak tik dalam
menjalankan hu bungan per -
eko nomian an tar bangsa di
dunia sekarang ini.
Demikian halnya dengan
kemandirian di bidang energi
yang sebenarnya Indonesia
memiliki kemampuan untuk
memanfaatkan sumber energi
yang ada atau mengupayakan
sum ber energi baru, seperti
bio gas, ethanol, dan nuklir. Be -
lum termanfaatkannya secara
mak simal sumber energi yang
ada disebabkan kemandirian
di bidang eksplorasi dan eks -
ploitasi bahan tambang dan
migas belum dilakukan oleh
kemampuan dalam negeri. Hal
ini membuat energi kita ba -
nyak dikelola oleh kekuatan
asing dan kita hanya kebagian
da lam persoalan distribusi.
Kon disi ini jelas tidak me ng -
untungkan untuk menjawab
kebutuhan energi yang besar
di negeri ini.
Ada lagi yang riskan dalam
konteks pemandirian bangsa
ini ke depan, yaitu keman diri -
an finansial. Mata uang rupiah
se bagai nilai tukar yang digu -
na kan semakin rendah bila di -
hadapkan dengan mata uang
asing. Ketergantungan kepada
dolar sebagai mata uang dalam
perdagangan internasional
telah membuat kerugian ter -
sen diri. Bila dolar melonjak,
hal itu berimbas langsung da -
lam persoalan neraca pem -
bayar an yang harus di tang -
gung negara, termasuk ber -
lipat nya jumlah utang. Bila
kini issue redenominasi (pe -
nyederhanaan nominal rupiah)
digulirkan untuk menjaga sta -
bilitas nilai tukar rupiah ter -
hadap melonjaknya hargaharga
dan dikhawatirkan in -
fla si yang tidak terkontrol, se -
sungguhnya hal itu belum
men jawab kemandirian di bi -
dang finansial negara ini.
Kemerdekaan yang kita
enyam selama ini ternyata ti -
dak serta-merta melepaskan
rasa takut dan kekhawatiran
menghadapi masa depan. Buk -
tinya, banyak masyarakat kita
dihantui oleh rasa takut dan
khawatir menghadapi hi dup
masa kini, apalagi masa depan.
Fenomena sosial ini meru -
pakan gambaran yang terjadi
di masyarakat karena dihantui
tidak jelasnya masa depan dan
menipisnya keimanan sese -
orang. Nilai-nilai agama pun
ti dak mampu lagi menjadi te -
rapi untuk mengatasi rasa ta -
kut yang dialaminya.
Rasa ta kut dan khawatir
meng hadapi hidup ke depan
memang tidak dapat disalah -
kan kepada orang tersebut,
tapi lebih diakibatkan kegagal -
an negara ini dalam mengelola
rasa keadilan yang te cermin
dalam penegakan hu kum yang
menampakkan ke tidakjelasan
di sana-sini. Hal ini ditandai
dengan fenomena yang dikenal
masyarakat se ka rang ini
dengan praktik mafia hukum
di lembaga-lembaga penegak
hukum (kejaksaan, kepolisi -
an,dan pengadilan).
Melihat kehidupan masya -
rakat yang nyata dihadapi da -
lam kesehariannya, tidak ber -
lebihan bila kemerdekaan yang
diraih bangsa ini selama 65 ta -
hun dengan penuh pengor ban -
an belum memberi ke mer de ka -
an yang diharapkan. Apa sebe -
narnya arti kemerdekaan untuk
rakyat Indonesia seka rang ini?
Tidak lain adalah pem bebasan.
Pembebasan dari im pitan pe r -
ekonomian ke luar ga, pembe -
bas an dari rasa ke adil an, pem -
bebasan dari rasa ta kut, dan
pembebasan dari ke tidak man -
diri an. Sebenar nya, gong pem -
bebasan sudah di suarakan oleh
gerakan ma hasiswa dan kaum
reformis 12 tahun yang lalu,
yaitu saat reformasi bergulir
pada tahun 1998.
Partai Bulan Bintang meru -
pakan partai politik Islam yang
berkiprah sejak awal reformasi
dan mengusung perubahan
konstitusionalisme sebagai fon -
dasi bergulirnya reformasi
yang sistemis.
Namun, se ma ngat para
pelaku dan pe ngelola peraturan
dan undang-undang yang ber -
laku telah diracuni oleh se -
mangat mem per tahan kan dan
memanfaat kan ke kuasa an yang
membuat semua aturan men -
jadi tidak bermakna dalam
upa ya me mak nai se mangat
pem bebasan yang menjadi
amanat negeri ini.
Meskipun kenyataan politik
saat ini, khususnya Partai Bu -
lan Bintang, berada di bawah
kekuasaan, tidak menjadikan
Partai Bulan Bintang surut dari
sikap dan karakter per juang -
annya.
Bahkan, dengan menya dari
sepenuhnya bahwa makna
kemerdekaan bagi rakyat dan
negeri ini adalah makna pem -
bebasan, Partai Bulan Bin tang
pun memaklumatkan dan ber -
ikh tiar sekuat tenaga untuk
menjadi salah satu ke kuatan
baru yang menyua ra kan secara
lantang semangat pem bebasan
baru.

MS Kaban SE, MSi
Ketua Umum PBB
(Republika 7 Agustus 2010 halaman 4)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar